Yang kamu
pikirkan juga.
Aku serius.
Aku juga.
Aku sedang memikirkan apa yang sedang kamu pikirkan.
Benarkah?
Aku sedang berpikir bagaimana kalau kita segera bertemu saja?
Ah, aku
selalu menemui jawaban buntuk untuk pertanyaan itu.
Permasalahannya
adalah, kamu ini ada atau tidak. Nyata atau imajinasiku saja? Itu yang tidak
aku tahu.
Aku juga
selalu berpikiran sama. Tapi tidakkah kamu menikmati ini seperti sebuah
hubungan yang nyata?
Ya, ya. Aku
akui itu. Tapi apa nikmatnya jika kamu tidak bisa ku sentuh, ku cium, dan ku
ajak bercinta.
Aku juga
sebal tidak tahu apa kamu bisa aku ganggui tidur, atau saat sedang sibuk
bekerja atau tidak. Kamu suka makanan apa, minuman, buku, warna sampai suka
posisi yang bagaimana? Aku sebal tidak bisa tahu apakah aku harus mencari tahu
semua itu?
Yakinilah
bahwa hubungan ini memang terjalin karena kita berdua memang menginginkannya.
Kita berdua saling jatuh cinta dan membutuhkan satu sama lainnya. Dan kamu atau
pun aku, sama-sama tahu kalau kita memang ada.
Aku
mencintaimu.
Aku akan
mengalikan beribu-ribu dan mengembalikannya lagi padamu cinta itu. Aku mau
cintaku selalu lebih besar dari cintamu.
Tidak, aku
yang akan melakukan itu.
Tidak bisa.
Aku yang harusnya melakukan itu.
Kenapa diam?
Aku sedang
menikmati tubuhmu di atas tubuhku.
Benarkah?
Bagaimana rasanya?
Tidak pernah
ada yang seindah dan senikmat ini. Tubuhmu kekar?
Tidak
terlalu seperti atlet angkat barbel. Tapi aku jamin kau akan gila bila melihat
tubuhku.
Hmm, aku
juga tak mau kalah. Jika kau lihat tubuhku apalagi pinggul dan punggungku, kau
akan mabuk seketika.
Ah, kapan
kita bisa bertemu dan menuntaskan semuanya?
Aku tidak
tahu. Kau marah?
Ingin. Sebab
aku mulai bosan. Seolah hanya ada aku sendiri, sedang bicara sendiri, sedang
masturbasi, sedang membayangkan sesosok gadis luar biasa sempurna dengan dada
yang mampu membuatku tergoda. Aku seperti hanya sedang bermimpi tentang sesosok
gadis berambut panjang dan hitam, yang setiap pagi akan membangunkanku dari
tidur dengan mencium bibirku lalu mengajakku bercinta sebentar. Aku benci hanya
terus menerus bicara tanpa melakukan apa-apa.
…..
Kamu masih
di situ?
Masih. Masih
ingin marah?
Sudah tidak.
Ah, kenapa aku tidak bisa marah meskipun sangat ingin melakukannya?
Cintamu padaku
mungkin terlalu dalam hingga sisimu yang lain menyayangkan. Siapa tahu besok
lusa kamu bisa menjumpaiku, menyapaku, menciumku, merengkuh tubuhku ke
dekapanmu dan mengajakku berjalan-jalan di taman. Bisa saja sisimu yang lain
sebetulnya sudah semakin meyakini dan sadar bahwa kita seperti ini hanya
sebagai latihan.
Latihan? Kau
pikir militer.
Lho bisa
saja. Aku juga tidak tahu apa maksud dan tujuan kita bertemu di alam pikir
seperti ini dulu. Tapi aku sungguh menikmatinya. Aku bahkan merasakannya seperti
sebuah orgasme hebat setiap kali mendengarmu menyentuh rambutku.
Aku juga.
Aku bahkan tidak tahu kenapa bisa betah berlama-lama mengobrol seperti ini
denganmu yang tidak kutahui siapa namanya, dimana rumahnya, berapa ukuran
behanya, dan bagaimana bila dia tidur. Tapi kau harus tahu, aku mencintaimu.
Aku juga.
Sangat. Bahkan sampai ke ubun-ubun.
Tidak,
tidak. Aku yang mencintaimu sampai ke ubun-ubun. Bahkan rasanya seluruh diriku
mencintaimu.
….
Kamu masih
disitu?
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.