Secangkir kopi sederhana menginginkan
keterbukaan kembali pada dirimu.
Ku tuang perlahan, bubuk hitam bersahaja
dan kali ini tanpa butiran gula kristal.
Kuaduk dengan jari manisku.
ah, patutkah aku bersedih?
Patutkah kepahitan rasa mendahului hitamnya?
karena sedkitipun tak mengerti.
Sedikitpun tak terasa manis, sedikitpun.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.