Kamis, 31 Oktober 2013

You're my everything...

Kau datang lagi malam ini, mungkin cantik bulan sabit membuatmu rindu pada senyumku. Kau datang, dengan sebuah permintaan. “Tolong tuliskan untuk ku sesuatu ... Sesuatu tentang aku ...” pintamu. Aku bertanya pada sepi, apa yang bisa kutuliskan untuknya malam ini? Aku bingung mau menulis apa tentangnya.

"Baiklah akan kutuliskan tentang keindahan hari ini." Gumanku dalam hati.
Aku menuliskan tentang cemerlang bintang dan lengkung bulan sabit yang tergantung di langit.

"Tahukah kau, untuk siapa bintang dan bulan menyalakan malam? Untuk mereka yang rela menghabiskan malam tanpa dinding dan atap rumah" tandasku

Kau selalu begitu, selalu pintar menumbuhkan embun di jendela hatiku. Embun yang rapuh, hanya berkilau sebentar sebelum hilang ditelan cahaya.

"Kalau begitu tuliskan tentang kehidupan di benakmu." pintamu

Aku mencoba menuliskan tentang anak-anak kucing yang baru lahir. Tentang anak-anak ayam yang muncul dari retakan telur. Tentang seekor bebek yang tinggal bersama sekumpulan ayam, kulihat itu siang tadi, sungguh. Tentang sebuah empang yang jadi saksi sebutir bulatan hitam kecil berlendir, yang berubah jadi mahluk mungil penakut berekor panjang, namun waktu menghilangkan ekor sekaligus sifat penakutnya, mengubahnya jadi mahluk angkuh yang duduk di atas daun teratai sambil bernyanyi kencang, mungkin dikiranya suara paraunya lebih memikat dari bunga-bunga teratai.


Kau tertawa.
"Sekarang tuliskan tentang kematian ya"

Aku menatapmu, kenapa kau minta itu ? Keindahan dan kehidupan ada di mana-mana, aku bisa menuliskan lebih banyak untukmu tentang kedua hal itu. Tapi kematian, mendengar kau berkata tentang itu saja seolah padam semua yang terang di benakku. Lagipula, mungkinkah aku bisa menulis sesuatu yang tak kukenal, tak pernah kujumpai, dan tak ingin pula aku memikirkannya.

"Kenapa, kenapa kematian membuatmu beringsut takut. Kenapa kau tak ingin memikirkannya. Tak tahukah kau, keindahan dan kehidupan adalah saudara kematian, mereka lahir dari satu rahim, mereka tumbuh dan berjalan seiring sepanjang waktu. Tidakkah kau iba, melihat kematian jadi putus asa, merasa tersisih dan tersingkir karena tak sudi kau mengenalnya ?" tanyamu dengan wajah mengkerut.

Kukira kau selalu pintar dan bijak, tapi jangan paksa aku menuliskan tentang kematian. Kematian pantas merasa tersisih dan tersingkir, bukankah kematian selalu kejam memisahkan semua yang saling mencinta. Kematian selalu membuat hilang banyak hal, kematian menyiksa yang hidup dengan kesedihan dan kesepian.
Baiklah, akan kuceritakan sedikit padamu tentang kematian yang kutahu. Sebujur tubuh beku, segunduk tanah lembab yang membuatku tak bisa lagi memandang sosok yang kusayang. Apalagi ? Tak ada yang bisa kutuliskan lagi.

"Mengapa kau tak menulis tentang kita, pada ruang dan waktu sekarang ?" pintamu sedikit memaksa

“Aku tak mengerti” jawabku wajah bingung.

"Jika tak ada kematian akankah ada keindahan yang sepenuh hati mencintai kehidupan. Takkan ada kita sekarang. Kau yang duduk sambil menggerakkan jemari pada keyboardmu, kau yang tadi telah menuliskan keindahan dan kehidupan untukku. Aku yang duduk di lengan kursimu, setengah memelukmu, menghirup wangi rambutmu, menikmati sejuk embun di matamu. Tak tahukah kau, hanya kematian yang mau dan mampu mengantarkan aku ke sampingmu. Kematian yang telah membuat kita bahagia, berada begitu dekat denganmu, bicara denganmu, menyentuhmu. Bukankah itu cukup bagimu, agar kau tahu sungguh tak ada yang mesti kau gentarkan saat kau jumpai kematian. Kematian akan mengantar keindahan dan kehidupan dalam benakmu menjelma nyata dan sempurna"  tandasmu

Aku tak mampu berkata-kata, hanya jemariku yang terus bergerak mengetikkan sebuah kalimat yang menyesak di dadaku, kalimat yang mengalir deras dari mataku, kalimat yang berdesir hangat di nadi-nadiku. Kurasakan gerak lembut bibirmu di rambutku saat kau katakan apa yang kutulis dan kaubaca;
Kaulah segala, keindahan, kehidupan dan kematian...
Kaulah segala, keindahan, kehidupan dan kematian...
Kaulah segala, keindahan, kehidupan dan kematian...
Kaulah segala, ...

Ruang begitu hening, hanya terdengar suara ketukan jarijari pada keyboard yang basah, titiktitik embun berjatuhan di seluruh ruang. Sejuk dan berkilau...

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.