Kamis, 05 Juni 2014

Kulit Permen Sugus

Sstttt...kau bicara dengan pembungkus permen sugus yg sudah kosong, selembar kemasan plastik berwarna cerah, diam di atas meja, pasrah menunggu waktunya dicampakkan ke tempat sampah. Kau tanyakan padanya bagaimana rasanya ketika tangan manusia memisahkannya dengan sebongkah butiran manis yang biasanya dijaganya dengan setia.

Bungkus permen diam saja, tak mau berbagi rasa, sampai kau putus asa, mengancam akan segera membuangnya. Bungkus permen tetap diam. Kau dekatkan ke wajah, mungkin tak kau dengar jawabnya. Tercium sisa aroma manis dan sejuk dari selembar kecil berbahan plastik. Seakan berkata,”Tak ada yang sia-sia,” dalam semua bahasa. Kau teringat rasa manis permen sugus, sudah sepenuhnya lumer, tertelan tak bersisa.

Bosan dengan kebisuannya, kau campakkan bungkus permen ke tempat sampah. Tak lagi kau ajak bungkus permen sugus bicara, hanya kau dekatkan ke wajah, kau hirup jejak aroma manisnya ketika permen sugus dalam mulutmu telah habis tak bersisa. Kau hirup kuat-kuat, sebelum kau campakkan ke tempat sampah.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.