Kekerasan Seksual pada anak

Istilah pacaran sungguh sangat tidak asing di masa sekarang ini. Bahkan anak usia SD pun sudah nampak sangat fasih bicara soal pacaran. Mungkin ini akibat maraknya lagu menyebutkan kata cinta, pacar, sayang, dan lain sebagainya

Surat Untuk Nona Rambut Tabongkar 2

Teruntuk beta pung Nona rambut tabongkar tersayang... Apa kabar, sayang? Entah ini hari yang ke berapa katong su sonde saling bertegur sapa. Ya. Bukan waktu yang lama memang, tapi su cukup untuk membuat beta merindukan senyum dan sapaan hangat dari nona.

Kamu pasti tau kenapa ini tercipta....

SEPI bukan berarti HILANG... DIAM bukan berarti LUPA... JAUH bukan berarti PUTUS... SENDIRI bukan berarti MATI... Yang pasti saat MATI, tentu SENDIRI....

Pada Suatu Hari....

Pasti akan ada satu hari. Di mana kamarku mendadak senyap. Tanpa celotehan dan suara nada dering ponsel, serta tak ada lagi suara dari putaran kipas angin laptop.

Belajar dari Lentera Alam Learning Community for Women and Children

Kemarin perempuan muda, cantik dan bersahaja itu berkata pada saya, "tak harus mengeluarkan banyak uang untuk bisa membahagiakan dan menyenangkan anak-anak

Minggu, 09 Oktober 2011

Memahami Penyakit Psikosomatis

Oleh: Adi W Gunawan *

Baru-baru in saya mendapat klien, seorang pria, sebut saja Pak Rudi, yang mengeluh sakit kepala sebelah yang sudah berlangsung sekitar 6 bulan. Pak Rudi telah berobat ke dokter, telah melakukan cek darah lengkap, dan bahkan telah menjalani CT Scan dan MRI. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan Pak Rudi sehat, sama sekali tidak ada masalah.

Tidak puas dengan hasil pemeriksaan lab dalam negeri, Pak Rudi memutuskan berobat ke negeri jiran dan kembali menjalani pemeriksaan menyeluruh. Hasilnya? Sama, Pak Rudi dinyatakan sepenuhnya sehat. Dokter tidak bisa menemukan apa yang menyebabkan sakit kepala Pak Rudi.

Dokter di dalam negeri dan di negeri jiran sama-sama mengatakan bahwa sakit kepala Pak Rudi ini disebabkan karena pikiran, bukan karena masalah fisik. Mereka menyarankan Pak Rudi untuk tidak banyak pikiran, hidup lebih santai, berolahraga, dan kalau perlu mengambil cuti dan berlibur untuk menenangkan pikiran.

Pembaca, apa yang dialami oleh Pak Rudi dikenal sebagai penyakit psikosomatis. Psiko artinya pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, penyakit psikosomatis artinya penyakit yang timbul atau disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit akibat stress. Penyakit psikosomatis sekarang sering disebut dengan penyakit psikofisologis. Namanya saja yang sedikit berbeda namun maknanya sama.

Salah satu hipnoterapis alumnus Quantum Hypnosis Indonesia juga pernah menangani klien, seorang wanita, yang alergi gula atau makanan yang manis. Jika ia makan permen atau minum minuman yang manis maka seluruh tubuhnya akan gatal dan bengkak. Yang aneh adalah bila ia makan nasi atau roti tidak apa-apa. Padahal yang namanya gula itu kan glukosa. Bukankah karbohidrat setelah masuk ke tubuh akan diubah menjadi glukosa? Secara logika, harusnya kalau ia makan nasi atau roti maka reaksi tubuhnya akan sama dengan makan permen atau minum minuman yang manis.

Banyak orang menderit penyakit psikosomatis namun tidak menyadarinya. Mereka biasanya akan terus berusaha sembuh dari sakit yang dideritanya dengan terus berobat namun tidak bisa sembuh. Kalaupun ada perubahan biasanya intensitas penyakitnya saja yang menurun tapi tidak bisa sembuh total. Selang beberapa saat biasanya akan kambuh lagi dan bisa lebih parah dari sebelumnya.

Baik Pak Rudi dan klien wanita ini sembuh hanya dalam satu sesi terapi setelah akar masalah yang mengakibatkan penyakit psikosomatisnya berhasil ditemukan dan dibereskan.

Apa saja sakit yang masuk kategori psikosomatis? Semua sakit fisik yang disebabkan oleh kondisi mental atau emosi penderitanya; mulai sakit kepala, sesak napas, badan lemas lunglai tak bertenaga, jantung berdebar, sulit tidur, sakit maag, mata berkunang-kunang, bahkan lumpuh, dan masih banyak lagi.

Bagaimana Terjadinya?

Untuk memahami terjadinya penyakit psikosomatis kita perlu mencermati hukum pikiran dan pengaruh emosi terhadap tubuh. Ada banyak hukum yang mengatur cara kerja pikiran, salah duanya adalah:
• Setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi fisik.
• Simtom yang muncul dari emosi cederung akan mengakibatkan perubahan pada tubuh fisik bila simtom ini bertahan cukup lama.

Hukum pertama mengatakan setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi fisik. Bila seseorang berpikir, secara konsisten, dan meyakinkan dirinya bahwa ia sakit jantung, maka cepat atau lambat ia akan mulai merasa tidak nyaman di daerah dada, yang ia yakini sebagai gejala sakit jantung. Bila ide ini terus menerus dipikirkan dan akhirnya ia menjadi sangat yakin, menjadi belief, karena gejalanya memang "benar" adalah gejala sakit jantung maka, sesuai dengan bunyi hukum yang kedua, ia akan benar-benar sakit jantung.

Biasanya orang tidak akan secara sadar menginginkan mengalami sakit tertentu. Umunya yang mereka rasakan adalah suatu perasaan tidak nyaman, secara emosi. Sayangnya mereka tidak mengerti bahwa perasaan tidak nyaman ini sebenarnya adalah salah satu bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar.

Ada lima cara pikiran bawah sadar berkomunikasi dengan pikiran sadar. Bisa melalui perasaan, kondisi fisik, intuisi, mimpi, dan dialog internal. Umumnya pikiran bawah sadar menyampaikan pesan melalui perasaan atau emosi tertentu. Bila emosi ini tidak ditanggapi atau diperhatikan maka ia akan menaikkan level intensitas pesannya menjadi suatu bentuk gangguan fisik dan terjadilah yang disebut dengan penyakit psikosomatis.

David Cheek M.D., dan Leslie LeCron menulis dalam buku mereka, Clinical Hypotherapy (1968), terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis:
-Internal Conflict : konflik diri yang melibatkan minimal 2 Part atau Ego State.
-Organ Language : bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya. Misalnya, "Ia bagaikan duri dalam daging yang membuat tubuh saya sakit sekali." Bila pernyataan ini sering diulang maka pikiran bawah sadar akan membuat bagian tubuh tertentu menjadi sakit sesuai dengan semantik yang digunakan oleh klien.
-Motivation / Secondary Gain: keuntungan yang bisa didapat seseorang dengan sakit yang dideritanya, misalnya perhatian dari orangtua, suami, istri, atau lingkungannya, atau menghindar dari beban tanggung jawab tertentu.
-Past Experience : pengalaman di masa lalu yang bersifat traumatik yang mengkibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri seseorang.
-Identification : penyakit muncul karena klien mengidentifikasi dengan seseorang atau figur otoritas yang ia kagumi atau hormati. Klien akan mengalami sakit seperti yang dialami oleh figur otoritas itu.
-Self Punishment : pikiran bawah sadar membuat klien sakit karena klien punya perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
-Imprint : program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens. Salah satu contohnya adalah orangtua menanam program ke pikiran bawah sadar anak dengan berkata, "Jangan sampai kehujanan, nanti bisa flu, pilek, dan demam."

Sedangkan Tebbets, pakar hipnoterapi terkemuka, mengatakan bahwa kebanyakan penyakit bersifat psikosomatik dan dipilih (untuk dimunculkan) pada level pikiran bawah sadar untuk lari dari suatu situasi yang dipersepsikan sebagai suatu tekanan mental yang berlebihan (overload) yang disebabkan oleh emosi destruktif seperti marah, benci, dendam, takut, dan perasaan bersalah.

Bagaimana Mengatasinya?

Karena yang menjadi sumber masalah sebenarnya adalah emosi maka terapis harus mampu membantu klien memproses emosi terpendam yang menjadi sumber masalah.

Tebbets mengatakan bahwa ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit psikosomatis dan menghilangkan simtomnya melalui teknik uncovering:
1. Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan dibawa ke level pikiran sadar sehingga diketahui.
2. Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali dialami dan dirasakan oleh klien.
3. Menemukan hubungan antara simtom dan memori.
4. Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran bawah sadar, sehingga memungkinkan seseorang membuat keputusan, di masa depan, yang mana keputusannya tidak lagi dipengaruhi oleh materi yang ditekan (repressed content) di pikiran bawah sadar.

Mencari tahu apa yang menjadi sumber masalah dilakukan dengan hypnoanalysis mendalam. Ada banyak teknik hipnoterapi yang bisa digunakan untuk melakukan hypnoanalysis. Setelah itu, emosi yang berhubungan dengan memori dialami kembali, dikeluarkan, diproses, dan di-release. Dan yang paling penting adalah kita mengerti pesan yang selama ini berusaha disampaikan oleh pikiran bawah sadar dengan membuat klien mengalami penyakit psikosomatis. Baru setelah itu proses kesembuhan bisa terjadi.

Pada saat alasan untuk terciptanya penyakit psikosomatis telah berhasil dihilangkan maka pikiran bawah sadar tidak lagi punya alasan untuk mempertahankan penyakit itu atau memunculkannya lagi di masa mendatang.

Saya akhiri artikel ini dengan kalimat bijak yang disampaikan oleh Dr. Raymond Charles Barker, "When there is a problem, there is not something to do. There is something to know."

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology dan neuro-feedback, pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri.

Jalan Panjang Menuju Keharmonisan Rumah Tangga

Penulis : Libby SinlaeloE, Tri M. Soekirman, Paul SinaleloE
Penerbit : Rumah Perempuan Kupang
ISBN : 978-602-96517-1-3
70 halaman termasuk referensi bibliografi dan lampiran
Bahasa Indonesia
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dalam suasana yang bahagia, aman, tentram dan damai adalah dambaan setiap orang dalam suatu rumah tangga. Itulah kalimat yang terdapat pada baris pertama sekaligus Alinea Pertama dari Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Kalimat ini juga merupakan gambaran dari kondisi dan atau tujuan yang hendak diwujudkan berkaitan dengan maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga. Permasalahannya, sejauh mana hal ini teraplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari dalam masyarakat sekitar kita?
         Pengalaman Rumah Perempuan selama 10 (sepuluh) tahun dalam melakukan kerja-kerja pendampingan korban, membuktikan bahwa memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera merupakan tantangan yang harus ditemukan solusinya, terutama pasca terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Tantangan ini semakin lebih berat lagi ketika terjadi kekerasan dalam rumah tangga, para pihak mencari keadilan melalui sistem peradilan formal. Pengalaman Rumah Perempuan juga mengajarkan bahwa pasca penarikan kasus dari pihak kepolisian dan atau pasca vonis pengadilan, pihak korban dalam hal ini istri atau anak maupun anggota rumah tangga lainnya akan dipersalahkan oleh pihak keluarga dan atau tetangga. Akibatnya, para korban akan mengalami tekanan psikologis. Khusus bagi anak akan cenderung mencari pelampiasan dengan cara mengikuti perilaku buruk dari pelaku. Sedangkan bagi para istri, biasanya akan memilih jalan pintas yakni perceraian untuk mengakhiri penderitaannya.
         Berpijak pada realita persoalan di atas, Rumah Perempuan yang merupakan lembaga non profit dan bekerja untuk isu-isu perempuan, kesetaraan gender dan sangat konsern pada persoalan kekerasan dalam rumah tangga, menawarkan suatu model penyelesaian alternatif kasus kekerasan dalam rumah tangga, lewat buku yang berjudul ”JALAN PANJANG MENUJU KEHARMONISAN RUMAH TANGGA”.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Maaf ..... belum ada judul

Di negeriku,
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp fasilitas dan pelayanan kesehatan yang mutakhir hanya untuk mereka yg berduit.......
jumlah rumah ibadahnya nyaris tak terhitung, tp film asing yg lebih mendidik dan menghibur di larang masuk, sementara sinetron yg membodohi rakyat dibiarkan diputar di seluruh stasiun televisi.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp perpustakaannya nyaris tak terurus....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp masih banyak anak yg putus sekolah krn ketiadaan dana....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp perilaku korupnya tumbuh seperti jamur....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp laki2nya masih memandang perempuan sebagai warga kelas dua....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, sehingga dengan lantang berteriak menolak miyabi datang, tp justru dari pejabat, artis mahasiswa dan anak sekolahannya mengoleksi film bokepnya miyabi dan bahkan mempraktekkan gaya miyabi.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung dan dibangun dengan megah, tp di sana-sini masih banyak yg tak punya rumah sehingga harus tinggal di kolong jembatan.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp kekerasan dalam rumah tangga masih sering dianggap wajar....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp lebih doyan mengirim tenaga produktifnya ke luar negeri daripada membuka lapangan pekerjaan.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp kalo belanja di mall walaupun barangnya mahal tetap dibeli tak pake tawar, sedangkan kalo belanja di pasar tradisional, sudah barangnya murah tp masih ditawar lagi.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp pencuri semangka proses hukumnya cepat sedangkan pencuri duit negara nyaris tak tersentuh, dilindungi bahkan dielu-elukan.....
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp kerukunan umat beragamanya hanya slogan pemanis bibir......
jumlah rumah ibadahya nyaris tak terhitung, tp yg nikmati dana subsidi untuk rakyat miskin justru mereka yg mampu...
jumlah rumah ibadahnya nyaris tak terhitung, tp kesehatan bagi ibu2 dan anak2 hanya sebatas propaganda....
jumlah rumah ibadahnya nyaris tak terhitung, tp para veteran perangnya tak terurus dan bahkan diusir seperti kawanan anjing pencuri .....
jumlah rumah ibadahnya nyaris tak terhitung, tp lembaga2 eksekutif, legislatif dan yudikatifnya lebih senang bermain petak umpet (Kucing kaleng) dari pada memikirkan nasib rakyatnya.....
jumlah rumah ibadahnya nyaris tak terhitung dan selalu disesaki oleh umatnya masing2 saat beribadah...tp ........................................?????????

RUMAH dan TANGGA

Rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap.
Rumah sebagai tempat berlindung dan beristirahat paling nyaman.
Tangga sebagai alat untuk mencapai tempat yang lebih tinggi.
Jika dapat menciptakan rumah kehidupan yg nyaman dalam satu atap adalah sebuah langkah "naik" meniti anak tangga kehidupan. Memang tidak semudah itu, krn tangga kehidupan penuh dengan ujian dan rintangan. Bila ingin melangkah ‘naik’, harus penuh tekad, dengan kepala dingin, kehangatan, dan penuh kebijaksanaan dalam menjalani proses kematangan. Dan untuk mencapai rumah tangga yang bahagia, harus satu demi satu anak tangga di lalui. Jika ada tantangan, kita kadang perlu untuk turun bahkan sampai ke lantai dasar, tp bukan berarti harus keluar rumah, ini bisa disiasati dengan komunikasi dan saling pengertian, agar bisa kembali melangkah naik. Dalam rumah kehidupan "naik turun" tangga merupakan bagian dari proses pematangan diri.