Minggu, 11 November 2012

ANDREAS, SI TUKANG PARKIR

PEKERJAAN ADALAH RAHMAT TUHAN

Setiap hari dia ada di tepi jalan raya. Tetapi, dia bukan anak jalanan. Dia juga bukanlah polisi lalu-lintas. Dia hanyalah seorang tukang parkir. Oleh teman-teman sejawatnya, pria ini biasa disapa Andreas. Dari pria kelahiran Soe, 36 tahun lalu inilah, kisah ini bermula.

Aisah Muhammad

Perjalanan hidup telah mengantarnya ke tempat ini. Tepatnya di halaman Toko Bali Shoes Kupang. Dulu, setelah menamatkan pendidikan di SMA, Andreas mengikuti Tes Polisi. Dua kali tes itu diikuti. Tapi, dewi fortuna belum berpihak kepadanya.
Andreas lalu mengikuti Tes Satpam. Dua kali juga tes ini diikutinya. Tapi, lagi-lagi keberuntungan seakan menjauhinya. Andreas tetap saja tidak lulus. Maka pada tahun 1995, pria berkulit hitam manis ini memutuskan untuk menjadi Tukang Parkir. Sebuah pekerjaan yang tentunya membutuhkan pengorbanan fisik yang tidak main-main.

Memang, sudah 17 tahun Andreas menekuni profesinya ini. Tapi, tak ada kata menyerah. Apalagi kapok lalu meninggalkan pekerjaan kasar ini. Baginya, setiap pekerjaan adalah rahmat dari Tuhan. Tinggal bagaimana kita mencintai pekerjaan tersebut. Maka, pekerjaan tersebut akan balik mencintai kita. “Kalau sudah begitu, seberat dan sesulit apapun pekerjaan yang kita kerja, dapat kita selesaikan dengan baik. Dan akan mendatangkan hasil yang baik pula buat kita,” ungkapnya.
Dari pekerjaan sederhana ini, pria yang telah memiliki tiga anak ini mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya. Juga keperluan sekolah anak-anaknya. “Ya, dengan penghasilan begini pas-paslah kita penuhi kebutuhan. Pas untuk bisa makan minum. Juga buat urus anak to,” akunya.
Pengorbanan Andreas pantaslah diacungi jempol. Betapa tidak, setiap hari dia harus bekerja selama 8 jam. Mulai dari jam 10 pagi dan berhenti sejenak pada jam 2 sore. Jam 5 sore, Andreas kembali melanjutkan tugasnya hingga jam 9 malam.
Jika dikalkulasikkan secara jujur, jumlah jam kerjanya melampaui jam kerja seorang pegawai negeri sekali pun. Karena tak ada kata libur baginya dalam sepekan. Meski begitu, gajinya tak sebanding dengan banyaknya keringat yang ia teteskan.
Belum lagi banyak hambatan yang ditemukan di tempat kerjanya. Ketika menghadapi para pemilik kendaraan, para pengguna jalan, serta para sopir kendaraan yang selalu memandang sepele pada dirinya.
Tetapi, berkat semangat dan keluhuran niat, Andreas pantang menyerah. Selalu berpikir positif, pandai menahan amarah dan selalu tersenyum adalah jurus-jurus jitu  yang senantiasa dia gunakan dalam meluluhkan hati setiap orang yang dihadapinya. 
Dengan seragam rompi biru, sebuah topi lusuh, sebuah pluit dan sebuah tongkat setengah meter, Andreas mulai memandu jalannya rute parkir. Layaknya seorang polisi yang mengatur jalannya arus lalu-lintas, Andreas tak segan mengomandokan berhenti dan maju bagi setiap kendaraan yang di depannya.
Setiap kendaraan yang mulai memarkir kendaraan di area kerjanya, dia mulai mengatur posisi masuk. Lalu memberikan secarik karcis seharga Rp. 1.000. Menyilakan pemilik kendaraan berlalu. Menjaga keberadaan dan keselamatan kendaraan adalah bagian dari tanggung jawabnya yang tidak mudah. Karena letak area parkir adalah di tepi jalan persis di muka toko.
Kendati berat pekerjaan yang dihadapi, pria paruh baya ini punya mimpi yang besar. “Saya kan tamat SMA saja to. Jadi saya punya mimpi saya punya anak-anak bisa sarjanalah. Itu juga sudah jadi prinsip saya. Supaya dia bisa lebih dari dia punya bapak,” tegasnya dengan nada sedikit berkelakar.
Bila diperhatikan, sinar di matanya tak dapat menyembunyikan, betapa dia adalah suami yang bertanggung jawab bagi istrinya. Juga sebagai bapak yang bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya. Semoga mimpi dan harapannya tercapai.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.