Pagi menelan bintang dalam terang, mungkinkah mimpi terukir kembali di
pasir pantai di mana kakimu langkahi jejak sunyiku. Bukankah harus ku jaga
ruang kosong dibenak demi sempurna kudengar tiap bunyi dan gema
suaramu
tentang cahaya senyuman
tentang hangat dekapan
tentang perih tikaman
takkan kupertanyakan apapun lagi; agar kau boleh selalu singgah di beranda rumahku
berbagi sigaret dan secangkir kopi, dan lihat; jejak asap itu buru-buru
berhambur ke arah langit membawa ingatan nafasmu pada nikmat tiap hela
dan hembus udara, hilang tertiup harum bungamu dan aroma musim hujanku
biar saja semua bentuk mengutuk rasa ; percaya pada tulusnya dosa ; demi
rindu, ingin kubaca setumpuk catatan berdebu disudut ruang,
satu per satu, sebelum habis waktu; sebelum pahit empedu di lidahmu
menyita manis kata-kata di ujung jarimu.
lalu; kita mejelma serangga saja, agar sebutir gula senilai permata
bisakah..??
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.