“Bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup, meskipun sesungguhnya ketika kita merasa berkekurangan.”
Raut
mukanya berantakan seperti jalan berlubang di musim hujan. Poninya yang
biasanya enak dilihat, kali ini terlihat awut-awutan seperti ijuk yang
terlepas dari gagangnya. Tak ada senyum manis sedikitpun. Ya, sang teman
baru saja selesai bergelut dari rutinitas pekerjaannya. Wajahnya jelas
tidak menunjukkan happy. Aya naon, saya pun bertanya kepadanya. Tanpa
ekspresi, ia bilang, seharian ini hanya mendapat dua klien yang
approvalnya disetujui. Sehari-hari ia memang berkutat di bagian personal
loan di satu bank swasta di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Makin
banyak klien yang setuju, maka makin mendekati target penjualan yang
dipatok perusahaan. Dan tentu saja, makin besar pula insentif yang bakal
didapatnya.
Kalau
mau dirunut, sebenarnya hasil sang teman tidaklah buruk. Bahkan
seharian, ia pernah tidak mendapat klien sama sekali. Bahkan, ia juga
pernah bercerita, boro-boro tak mendapat klien, malah ada dua klien yang
sudah setuju jauh hari sebelumnya tahu-tahu membatalkannya.
Kecakapannya merayu klien selama ini, membuat lima hingga enam klien
bertekuk lutut setuju membuka personal loan dalam satu hari. Jadi, dua
klien yang didapat hari itu, ugh, dirasakan sungguh mengguncang
perasaannya.
Tapi,
bukankah keadaan dan kekecewaan seperti itu merupakan hal yang biasa?
Iya juga sih. Menilik pemahaman setiap orang mengenai hasil yang
didapat, pasti akan berbeda satu sama lain. Kadang, bila hasil yang
didapat tak sesuai ekspektasi, sungguh menyayat hati. Bila konsep
bersyukur terhadap hasil yang diraih dapat dipahami lebih mendalam, sang
teman mungkin tetap akan terlihat tersenyum sumringah. Kok bisa begitu?
Apakah
sang teman tidak bersyukur terhadap hasil yang didapatnya hari itu.
Entahlah, kita tak bisa menuduh orang lain tak pandai bersyukur. Karena
rasa syukur ada di dalam hati, seberapun besar-kecilnya, hanya ia
sendiri yang tahu dan merasakannya. Seandainya ketika bertemu, ia
terlihat senyum dan mengatakan: ‘oh, syukur sekali, hari ini masih bisa
menangkap dua klien,’ hari itu mungkin menjadi hari yang sangat
menyenangkan bagi dirinya selepas pulang kerja. Sayang, kejadiannya
tidaklah begitu kenyataannya.
Konsep
bersyukur sesungguhnya tak harus dimaknai bahwa seseorang telah
mendapatkan apa yang telah didapatnya. Tetapi yang lebih mendalam,
bagaimana bersyukur juga dirasakan ketika segala sesuatu belum atau
tidak didapatkannya, bahkan lepas dari genggaman sama sekali. Ketika
sang teman kehilangan dua klien dalam satu hari, ia sesungguhnya masih
bisa bersyukur, bahwa ia tidak kehilangan tiga klien atau lebih. Jadi
konsep bersyukur sejatinya adalah mensyukuri segala sesuatu yang telah
didapatnya, tanpa melihat segi kualitas dan kuantitasnya.
Mensyukuri
apa yang didapat itu hal biasa. Mensyukuri belum atau tidak mendapatkan
sesuatu itu juga biasa, karena mungkin ia telah mendapatkan walau tidak
sesuai keinginan atau bisa jadi karena memang belum waktunya
mendapatkan apa yang diingini. Tetapi, bila mensyukuri telah kehilangan
sesuatu, nah, itu baru luar biasa.
Bersyukur
selain sebagai sikap positif menghargai nikmat, bahkan musibah
sekalipun, yang telah diterima, juga memiliki makna introspeksi diri
jika hasil yang diharapkan tidak sesuai yang diinginkan. Jika hasil yang
didapat belum memuaskan, kita bisa introspeksi agar bisa menjadi lebih
baik lagi, seraya melihat dimana letak kekurangan dan kesalahan yang ada
untuk segera diperbaiki. Bersyukur berarti menerima sepenuhnya apa yang
telah menjadi rezeki kita tanpa harus menggugat apalagi mengeluhkan
kekurangan. Bersyukur dapat pula berarti menerima semua hal yang
didapat, baik keberhasilan ataupun kegagalan. Baik anugerah ataupun
musibah. Karena tak semua keinginan dapat terwujud. Bersyukur bukan pula
berarti menerima lalu pasrah. Melainkan berusaha untuk mewujudkan semua
keinginan tersebut. Bila gagal, cobalah terus berusaha, semua terjadi
karena waktu yang belum tepat. Bersyukur setiap saat, membuat hidup
menjadi lebih rileks. Percayalah.
sumber : resonansi@yahoogroups.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.