Rabu, 06 November 2013

Kamu masih disitu?


Apa yang kamu pikirkan?
Yang kamu pikirkan juga.
Aku serius.
Aku juga. Aku sedang memikirkan apa yang sedang kamu pikirkan.
Benarkah? Aku sedang berpikir bagaimana kalau kita segera bertemu saja?
Ah, aku selalu menemui jawaban buntuk untuk pertanyaan itu.
Kenapa?
Permasalahannya adalah, kamu ini ada atau tidak. Nyata atau imajinasiku saja? Itu yang tidak aku tahu.
Aku juga selalu berpikiran sama. Tapi tidakkah kamu menikmati ini seperti sebuah hubungan yang nyata?
Ya, ya. Aku akui itu. Tapi apa nikmatnya jika kamu tidak bisa ku sentuh, ku cium, dan ku ajak bercinta.
Aku juga sebal tidak tahu apa kamu bisa aku ganggui tidur, atau saat sedang sibuk bekerja atau tidak. Kamu suka makanan apa, minuman, buku, warna sampai suka posisi yang bagaimana? Aku sebal tidak bisa tahu apakah aku harus mencari tahu semua itu?
Yakinilah bahwa hubungan ini memang terjalin karena kita berdua memang menginginkannya. Kita berdua saling jatuh cinta dan membutuhkan satu sama lainnya. Dan kamu atau pun aku, sama-sama tahu kalau kita memang ada.
Aku mencintaimu.
Aku akan mengalikan beribu-ribu dan mengembalikannya lagi padamu cinta itu. Aku mau cintaku selalu lebih besar dari cintamu.
Tidak, aku yang akan melakukan itu.
Tidak bisa. Aku yang harusnya melakukan itu.
Kenapa diam?
Aku sedang menikmati tubuhmu di atas tubuhku.
Benarkah? Bagaimana rasanya?
Tidak pernah ada yang seindah dan senikmat ini. Tubuhmu kekar?
Tidak terlalu seperti atlet angkat barbel. Tapi aku jamin kau akan gila bila melihat tubuhku.
Hmm, aku juga tak mau kalah. Jika kau lihat tubuhku apalagi pinggul dan punggungku, kau akan mabuk seketika.
Ah, kapan kita bisa bertemu dan menuntaskan semuanya?
Aku tidak tahu. Kau marah?
Ingin. Sebab aku mulai bosan. Seolah hanya ada aku sendiri, sedang bicara sendiri, sedang masturbasi, sedang membayangkan sesosok gadis luar biasa sempurna dengan dada yang mampu membuatku tergoda. Aku seperti hanya sedang bermimpi tentang sesosok gadis berambut panjang dan hitam, yang setiap pagi akan membangunkanku dari tidur dengan mencium bibirku lalu mengajakku bercinta sebentar. Aku benci hanya terus menerus bicara tanpa melakukan apa-apa.
…..
Kamu masih di situ?
Masih. Masih ingin marah?
Sudah tidak. Ah, kenapa aku tidak bisa marah meskipun sangat ingin melakukannya?
Cintamu padaku mungkin terlalu dalam hingga sisimu yang lain menyayangkan. Siapa tahu besok lusa kamu bisa menjumpaiku, menyapaku, menciumku, merengkuh tubuhku ke dekapanmu dan mengajakku berjalan-jalan di taman. Bisa saja sisimu yang lain sebetulnya sudah semakin meyakini dan sadar bahwa kita seperti ini hanya sebagai latihan.
Latihan? Kau pikir militer.
Lho bisa saja. Aku juga tidak tahu apa maksud dan tujuan kita bertemu di alam pikir seperti ini dulu. Tapi aku sungguh menikmatinya. Aku bahkan merasakannya seperti sebuah orgasme hebat setiap kali mendengarmu menyentuh rambutku.
Aku juga. Aku bahkan tidak tahu kenapa bisa betah berlama-lama mengobrol seperti ini denganmu yang tidak kutahui siapa namanya, dimana rumahnya, berapa ukuran behanya, dan bagaimana bila dia tidur. Tapi kau harus tahu, aku mencintaimu.
Aku juga. Sangat. Bahkan sampai ke ubun-ubun.
Tidak, tidak. Aku yang mencintaimu sampai ke ubun-ubun. Bahkan rasanya seluruh diriku mencintaimu.
….
Kamu masih disitu?

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.