Jumat, 08 November 2013

Semerah bara di jantungku....

Jika memang harus luka, maka biar segenap nanah dan darah mengalir deras, agar tak membengkak pembuluh darahmu, serupa jantungku membendung rindu. Menjerit akan buat kau merasa lega, sedang hanya rintih yang mampu terbisik di sudut bibirku. Jangan tanyakan alasan untuk sebuah kerelaan, jika tak pernah terbayang dibenakmu sebuah jurang yang pisahkan hasrat sepasang domba. Juga tentang perjumpaan, jangan ragukan sahnya hati terpikat pada sosok kabur dalam jarak pandang namun menyatu dalam derak-derak ranting patah tiap kali angan menyatukan sajak. Ya, kau tentu tak paham bahwa setiap malam diciptakan bagi langit untuk dikoyak bintang. Hanya kerena cemburu matahari, diutusnya begitu banyak teman kepercayaan untuk mengawasi bumi, khawatir bulan berhasil mencuri sebuah kecup dari sayup nafas tubuh-tubuh yang terbujur, entah mati atau tidur. Bukannya melantur, setiap kata yang terulur menggapaimu, walau selalu ku bilang, maaf , demi kesalahan yang sama berulang, tetap tak sedikitpun terbesit niat untuk obati luka, karena warnanya tampak begitu indah. Atau karena aku sekarang mulai mengerti bahwa hanya pada sebuah lubang perih akan ada jalan masuk ke dunia tanpa logika di mana cinta bertahta. Dan di sanalah takkan pernah lagi kau tanya kenapa. Luka itu telah bicara, lihat serat-serat urat pada daging tanpa kulit ini, cantik bukan, tak seperti kulit yang selalu kelabu oleh debu, dan mengerut oleh waktu. Pada luka, bisa kau lihat daging dan darah masih merah. Semerah bara di jantungku, bara yang membakar hasratmu, meledakkan rasa jadi serpih bintang di langit malam..

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.